Pelatih Barito Putera Rahmad Darmawan mengeluhkan gol Persib Bandung dalam pertandingan Liga 1 Indonesia di Stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta, pada Jumat, 23 Februari 2024, yang berkesudahan 1-1.
“Kalau tadi ada VAR, saya rasa itu offside, saya sudah menonton videonya,” kata Rahmad seperti dilaporkan Kompas.com pada Sabtu.
Pernyataan Rahmad itu menggarisbawahi keinginan besar sejumlah kalangan agar VAR (video assistant referee) diterapkan di Indonesia.
Saat ini, otoritas sepak bola Indonesia dan penyelenggara kompetisi memasang seri championship Liga 1 Indonesia musim ini pada 4-26 Mei sebagai hari di mana VAR diterapkan di Indonesia.
Di tingkat dunia sendiri, sampai 2023, VAR sudah digunakan di 61 negara.
Konsep pemanfaatan teknologi untuk membantu wasit dalam mengambil keputusan penting itu baru diperkenalkan dalam skala global beberapa tahun lalu ketika Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) menyetujui penggunaan VAR dalam kompetisi resmi pada 2018.
VAR pada dasarnya adalah sistem pemutaran ulang video untuk membantu ofisial pertandingan dalam meninjau momen-momen penting sehingga keputusan wasit menjadi lebih akurat.
Tim VAR, yang terdiri dari asisten video wasit, asisten video asisten wasit, dan operator tayangan ulang, memantau pertandingan dari layar video yang ketika insiden terjadi di dalam lapangan, mereka menyarankan wasit untuk meninjau rekaman itu.
Wasit sendiri umumnya menggunakan VAR untuk meninjau keputusannya mengenai sah tidaknya sebuah gol dengan melihat pelanggaran yang mendahului gol (termasuk offside), kartu merah, penalti, dan kesalahan identifikasi saat memberikan kartu kepada pemain.
Dalam perjalanannya VAR mengubah drastis pertandingan olahraga paling populer di dunia itu, khususnya dalam membuat wasit mengeluarkan keputusan yang lebih akurat.
Ya, teknologi ini memiliki kekurangan. Namun kemanfaatan sistem ini yang juga besar membuat semakin banyak yang mengadopsi VAR.
Tapi di Asia Tenggara yang memiliki jumlah penggemar sepak bola sangat besar, baru Thailand, Singapura dan Vietnam yang mengadopsi VAR.
Thailand dan Vietnam memiliki peringkat FIFA teratas, yang masing-masing berselisih 41 dan 38 peringkat lebih tinggi daripada Indonesia yang berperingkat 142.
Memang tak ada kaitan antara VAR dan peringkat FIFA, tapi iklim kompetisi yang mengadopsi sistem universal yang meningkat kualitas kompetisi seperti VAR, bisa membantu meningkatkan kualitas kompetisi yang penting dalam meningkatkan kualitas timnas sehingga bermain bagus di berbagai turnamen dan akhirnya meningkatkan peringkat FIFA.
Baca juga: Erick sebut dengan VAR, sepak bola Indonesia akan berkembang baik
Baca juga: PT LIB dan PSSI uji coba pemakaian VAR di Bogor
Halaman berikut: Penggunaan VAR bukan perkara mudah
Jalan berliku
Namun, sebelum merangkul sistem pengadil berbantuan teknologi ini juga membutuhkan jalan yang berliku.
Vietnam misalnya, sebelum menerapkan VAR mulai 27 Juli 2023, negara ini mesti melalui dahulu proses yang panjang.
Asosiasi sepak bola Vietnam (VFF) harus menyiapkan waktu berbulan-bulan untuk melatih wasit dan para asisten dalam menggunakan VAR.
Sebanyak 18 wasit dan asisten wasit menjalani pelatihan menyeluruh, termasuk kursus 14 hari yang difasilitasi pengelola turnamen profesional dan non profesional di negara itu (VPF), sejak 20 Februari 2023.
Mereka dilatih mengasah keterampilan dalam menerapkan teknologi VAR.
Tapi bagian terpenting yang menjadi kendala Vietnam dalam menerapkan VAR adalah infrastruktur mengingat stadion-stadion di Vietnam kekurangan infrastruktur yang dapat mengakomodasi ruang VAR.
VFF dengan cerdik menggunakan minibus yang dibuat khusus dan dilengkapi dengan teknologi VAR sehingga tercipta VAR mobile yang beberapa di antaranya sudah disertifikasi oleh FIFA.
Begitu VAR diterapkan di Liga 1 Vietnam, liga utama Vietnam itu pun membuka babak baru yang memberikan landasan untuk hadirnya keputusan pengadil pertandingan yang akurat dan adil, yang mendorong kompetisi menjadi lebih sehat dan berkualitas.
Di Liga Inggris misalnya, penerapan VAR yang mulai diterapkan pada musim 2019/2020 telah meningkatkan persentase keputusan tepat yang diambil wasit, dari 82 persen menjadi 94 persen.
Manfaat paling jelas VAR adalah para pengadil pertandingan menjadi mendapatkan kesempatan meninjau keputusannya dengan bantuan tayangan video sehingga keputusan yang dibuat menjadi lebih tepat dan akurat.
Yang juga terdampak positif VAR adalah disiplin pemain di mana pemain mengendalikan diri tidak melakukan tindakan kekerasan atau agresif di lapangan sepak bola.
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir bahkan melihat manfaat VAR sampai jauh di luar lapangan hijau.
Dia menilai VAR bakal meningkatkan kualitas kompetisi liga sehingga industri sepak bola pun menjadi semakin baik.
PSSI sendiri serius mengadopsi VAR. Pada 17 Februari lalu, bersama Liga Indonesia Baru (PT LIB) yang menjadi operator Liga 1, PSSI mengadakan uji coba penerapan VAR di Bogor.
Baca juga: Erick bilang pemasangan VAR terlambat karena faktor SDM wasit
Baca juga: Pengamat: Penerapan VAR dalam Liga 1 tak perlu tergesa-gesa
Halaman berikut: VAR jadi keniscayaan meski pemakaiannya tak perlu tergesa-gesa Jadi keniscayaan
Dalam uji coba yang mempertandingkan klub-klub dari sekolah sepak bola lokal itu, delapan kamera dipasang di sejumlah titik lapangan.
Kamera-kamera itu membantu wasit dan asisten dalam memutar ulang pertandingan yang menjadi dasar pertimbangan dalam mengeluarkan keputusan-keputusan penting menyangkut gol, penalti, kemungkinan pelanggaran berpotensi kartu kuning atau kartu merah, dan kesalahan pengidentifikasian pelanggaran.
Ini langkah awal nyata Indonesia dalam memandang serius sistem pengadil pertandingan berbantuan teknologi yang sudah diterapkan luas di seluruh dunia itu.
Namun sejumlah kalangan, antara lain pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni, meminta Indonesia tak tergesa-gesa menerapkan VAR sebelum infrastruktur dan sumber daya manusia terpenuhi dengan baik sehingga tak mengecewakan berbagai pihak.
Erick Thohir sendiri mengakui terbatasnya sumber daya wasit telah memperlambat penerapan VAR di Indonesia.
Ini semua tantangan, seperti juga pernah dihadapi negara-negara yang menerapkan VAR, termasuk Thailand dan Vietnam.
Yang pasti, ini semua dilakukan demi membuat pertandingan sepak bola menjadi semakin berkualitas yang di antaranya dicapai dengan hadirnya sistem pengadil pertandingan yang bisa mengendalikan kekacauan di lapangan, memahami pentingnya membuat keputusan adil di lapangan, memastikan keselamatan pemain, dan mendorong sportivitas di lapangan.
Oleh karena itu, keputusan yang benar dan akurat dikeluarkan di lapangan olahraga, menjadi sangat penting di sini. Di sinilah perlu ada intervensi yang meningkatkan keakuratan putusan pengadil pertandingan. Dan itu dilakukan dengan memanfaatkan teknologi.
Pandangan ini sudah lama dirangkul oleh banyak cabang olahraga, dari bola basket sampai bulu tangkis dan tenis. Namun penerapan teknologi dalam sepak bola terus menjadi perdebatan.
Tapi dari kaca mata ilmiah, berdasarkan sebuah penelitian yang dipublikasikan Sage Journals pada 11 Juni 2021, sistem pengadil pertandingan dengan bantuan teknologi, termasuk VAR dalam sepak bola, berdampak positif dan langsung terhadap prilaku dan hasrat masyarakat dalam melihat pertandingan olahraga,
Salah satu dampak positif itu adalah agresivitas pemain menjadi terkendali dan keputusan salah yang dibuat wasit menjadi terhindarkan. Dan dua hal ini bisa membuat penonton sepak bola tidak agresif.
Inilah bagian tak kalah penting yang membuat VAR mendesak diberlakukan di Indonesia, karena keputusan-keputusan yang tidak tepat dan tidak adil dalam pertandingan sepak bola kerap memicu prilaku agresif atau bahkan rusuh di dalam stadion.
Memang tak harus tergesa-gesa seperti disebut Mohamad Kusnaeni, tapi VAR sudah menjadi keniscayaan, demi sepak bola berkualitas, yang menularkan sportivitas sampai ke ulu hati penonton atau penggemar sepak bola, bahkan keseluruhan masyarakat.
sumber: https://www.antaranews.com/berita/3981273/var-untuk-kualitas-tinggi-pertandingan-dan-kompetisi-sepak-bola-kita?page=all